Kamis, 27 September 2012

Perkembangan Sriwijaya di Sumatera (Akhir abad 7 s.d. abad 9 M)


Sriwijaya merupakan pusat pembelajaran agama Budha di Asia Tenggara. Bagaimanakah bukti sejarah mencatat kemegahan kerajaan itu. Mari kita simak tulisan George Coedes Berikut ini. Semoga bermanfaat.


Kakkhara Buddha
Ketika peziarah I Ching melakukan perjalanan yang pertama ke India tahun 671 M, tempat persinggahannya yang pertama adalah Fo-shih. Diceritakan keadaan di Fo-shih adalah sebagai berikut:
 “ada lebih dari seribu agamawan Buddhis yang sepenuhnya menekuni pengajian dan amal baik. Dengan seksama mereka periksa dan pelajari semua pokok pemikiran yang mungkin ada, persis seperti di Madhyadesa (India); aturan dan upacaranya sama. Jika seorang agamawan China hendak pergi ke Barat untuk mendengar dan membaca (teks-teks Buddhis yang asli), hendaknya ia tinggal di Fo-shih selama setahun atau dua tahun dan di sana menerapkan aturan-aturan yang sesuai, kemudian ia dapat pergi ke India tengah”.

Setelah pulang dari India, pada tahun 689 M dengan ditemani empat orang asisten dari China, ia kembali menetap di Fo-shih dan menuliskan karyanya. Pada tahun 692 M dia mengirimkan naskah-naskahnya ke China dan ia sendiri pulang pada tahun 695 M. selama masa tinggalnya yang terakhir ini, ia mencatat bahwa Mo-lo-yu yang dia singgahi pada tahun 671 M untuk ditinggali selama dua bulan, sekarang menjadi negeri Shih-li-fo-shih (Sriwijaya).

Arca Akshobya
Diperhatikan juga prasasti yang ditemukan salah satunya di Karang Brahi di hulu Sungai Batang Hari, dan di Kota Kapur Pulau Bangka, memberikan bukti bahwa pada tahun 683 – 686 M di Palembang terdapat sebuah kerajaan Buddhis yang baru saja menaklukkan daerah pedalaman Jambi dan Pulau Bangka dan sedang menyiapkan ekspedisi militer melawan Jawa, kerajaan tersebut bernama Sriwijaya yang tepat sekali cocok dengan kerajaan Shih-li-fo-shih yang disebutkan oleh I-ching.

Raja yang berkuasa pada saat itu (682 s.d. 686 M), kemungkinan adalah Raja Jayanasa meskipun namanya disebutkan pada satu prasasti dari lima prasasti yang ditemukan dengan rentang waktu tersebut.
Prasasti tahun 684 M, sumber pertama yang bertangal tenang adanya aliran Buddhisme Mahayana di India Belakang, mengesahkan tulisan I-ching mengenai pentingnya Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha, dan mengenai berbagai aliran Buddhis di laut selatan. Raja Jayanasa yang mengharapkan agar manusia memperoleh kebahagiaan yang dimulai dengan kebahagiaan materiil semata-mata, tetapi yang sedikit demi sedikit meningkat ke tingkat moral dan ke tingkat mistik sampai kepencerahan, hal itu memberikan kesan sesuai dengan ajaran Sarvastivada Mahayana, dan mungkin sudah diwarnai Tantrisme.

Dari sejarah, kita belajar masa lalu, merencanakan masa depan, pijakkan tindakan saat ini. Semoga Damai Selalu didalam LindunganNya.

Sumber: buku karya George Coedes “Asia Tenggara Masa Hindu Budha”
Artikel ini merupakan kelanjutan dari Artikel "Kerajaan Hindu Budha di Jawa dan Sumatera (Pertengahan Abad 6 s.d. Akhir abad 7 M)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar