Sriwijaya
merupakan pusat pembelajaran agama Budha di Asia Tenggara. Bagaimanakah bukti
sejarah mencatat kemegahan kerajaan itu. Mari kita simak tulisan George Coedes
Berikut ini. Semoga bermanfaat.
![]() |
Kakkhara Buddha |
“ada lebih dari seribu agamawan Buddhis yang sepenuhnya menekuni pengajian dan amal baik. Dengan seksama mereka periksa dan pelajari semua pokok pemikiran yang mungkin ada, persis seperti di Madhyadesa (India); aturan dan upacaranya sama. Jika seorang agamawan China hendak pergi ke Barat untuk mendengar dan membaca (teks-teks Buddhis yang asli), hendaknya ia tinggal di Fo-shih selama setahun atau dua tahun dan di sana menerapkan aturan-aturan yang sesuai, kemudian ia dapat pergi ke India tengah”.
Setelah pulang dari India, pada tahun 689 M dengan ditemani empat orang asisten dari China, ia kembali menetap di Fo-shih dan menuliskan karyanya. Pada tahun 692 M dia mengirimkan naskah-naskahnya ke China dan ia sendiri pulang pada tahun 695 M. selama masa tinggalnya yang terakhir ini, ia mencatat bahwa Mo-lo-yu yang dia singgahi pada tahun 671 M untuk ditinggali selama dua bulan, sekarang menjadi negeri Shih-li-fo-shih (Sriwijaya).
![]() |
Arca Akshobya |
Raja
yang berkuasa pada saat itu (682 s.d. 686 M), kemungkinan adalah Raja Jayanasa
meskipun namanya disebutkan pada satu prasasti dari lima prasasti yang
ditemukan dengan rentang waktu tersebut.
Prasasti
tahun 684 M, sumber pertama yang bertangal tenang adanya aliran Buddhisme
Mahayana di India Belakang, mengesahkan tulisan I-ching mengenai pentingnya
Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha, dan mengenai berbagai aliran Buddhis di
laut selatan. Raja Jayanasa yang mengharapkan agar manusia memperoleh
kebahagiaan yang dimulai dengan kebahagiaan materiil semata-mata, tetapi yang
sedikit demi sedikit meningkat ke tingkat moral dan ke tingkat mistik sampai
kepencerahan, hal itu memberikan kesan sesuai dengan ajaran Sarvastivada
Mahayana, dan mungkin sudah diwarnai Tantrisme.
Dari
sejarah, kita belajar masa lalu, merencanakan masa depan, pijakkan tindakan
saat ini. Semoga Damai Selalu didalam LindunganNya.
Sumber:
buku karya George Coedes “Asia Tenggara Masa Hindu Budha”
Artikel ini merupakan kelanjutan dari Artikel "Kerajaan Hindu Budha di Jawa dan Sumatera (Pertengahan
Abad 6 s.d. Akhir abad 7 M)".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar