Rabu, 10 Oktober 2012

Kerajaan Mataram di Jawa, Kerajaan di Bali dan Sriwijaya di Sumatera (Abad ke 9 s.d. 10)


Perkawinan raja Bali dengan Putri Raja dari Jawa mempengaruhi penyebaran Hindu di Bali. Penyerangan oleh Jawa terhadap Sriwijaya membawa dampak yang serius Bagi pulau Jawa. Bagaimanakan kisahnya? Mari kita simak penulisan George Coedes berikut ini. Semoga bermanfaat.

Arca Siwa Mahadewa
Pulau Bali, mulai abad ke 8 dan 9 M memperlihatkan tanda-tanda Buddhisme yang barangkali berasal dari Jawa atau Sumatera namun ada juga sumbangan langsung dari India. Tidak lama sebelum Mpu Sindok naik tahta, di Bali tampak muncul sumber-sumber pertama yang bertanggal prasasti tahun 869 dan 911 M yang tidak menyebut nama raja, namun yang dari tahun 914 M memuat nama Adhipati Sri Kesari Warmadewa.

Tahun berikutnya muncul prasasti-prasasti yang pertama dari Sri Ugrasena (915939 M), yang memerintah di Singhamandawa atau Singhadwalapura. Prasasti-prasasti itu mengungkapkan suatu masyarakat Hindu-Bali, terlepas dari Jawa, yang memakai dialek khusus pulau itu dan memeluk sekaligus Siwaisme dan Buddhisme.

Pada tahun 953 M, sebuah prasasti menyebutkan seorang raja yang salah satunya bernama Agni. Mulai tahun 955 M, epigrafi Bali dikeluarkan oleh suatu dinasti yang raja-rajanya memakai nama-nama berakhiran Warmadewa.

Reruntuhan Situs Budda di Bali
Pada tahun 989 sampai tahun 1.011 M, prasasti-prasasti memuat nama Raja Udayana (Dharmodayanawarmadewa) dan ratu Mahendradata yang merupakan cucu dari Mpu Sindok. Perkawinan dengan orang Jawa itu mengakibatkan masuknya Hinduisme secara lebih berkesan ke Bali, masuknya kebudayaan Jawa, dan terutama Tantrisme. Hasil lainnya adalah kelahiran Airlangga pada tahun 1.001 M yang merupakan bakal raja-raja Jawa.

Mari kita kembali ke Jawa. Kira-kira tahun 990 M, seorang putra atau menantu Makutawamsa (Makutamasawardana adalah Putra dari Isanatungawijaya atau saudara laki-laki Mahendradata), yaitu Dharmawamsa Teguh Anantawikrama menaiki tahta dan melancarkan serangan politik agresif terhadap Sriwijaya. Itulah apa yang tampil dari keterangan yang diberikan pada tahun 992 M di Kanton China oleh utusan-utusan dari Jawa dan Sriwijaya, yang menceritakan tentang penyerbuan She-p’o (Jawa) atas San-fo-Ch’I (Sriwijaya) dan permusuhan yang terus menerus antara kedua negeri itu. Akibat dari serangan tersebut mungkin sekali terjadi serangan balasan dari pihak kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Mungkin ini merupakan alasan yang kuat untuk menganggap bahwa kerajaan Sumatera ini bertanggungjawab atas ekspedisi tahun 1.016 s.d. 1.017 M, dan atas kematian raja Jawa dan kehancuran tempat tinggalnya.

Dari sejarah, kita belajar masa lalu, merencanakan masa depan, pijakkan tindakan saat ini. Semoga Damai Selalu didalam LindunganNya.

Sumber: buku karya George Coedes “Asia Tenggara Masa Hindu Budha”
Artikel ini merupakan kelanjutan dari Artikel " Negeri San-fo-ch’I atau kerajaan Sriwijaya di Sumatera (Abad ke 9 s.d. 10)"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar