Selasa, 25 September 2012

Atma Tatwa


Sang Rsi menjelaskan mengenai Srada kedua yaitu percaya akan adanya Atman. Bagaimanakah filsafatnya? Mari kita simak bersama. Semoga bermanfaat.

Setelah selesai bersembahyang dan beristirahat, Sang Rsi pun mulai melanjutkan wejangannya.
“Anakku, tentunya anaknda bertanya-tanya kenapa mahluk itu bisa hidup, dan apapulakah yang menyebabkan hal itu. Untuk itu, agama kita memiliki penjelasan atas hal tersebut yang dituangkan didalam Atma Tatwa ”.
Sang Suyasa bertanya,
Kusir Mengendalikan Kereta
“Bagaimanakah Atma Tatwa itu Oh Gurunda”?
Sang Guru Suci kemudian melanjutkan, 
“Baiklah Anakku akan guru terangkan.


Atman merupakan percikan-percikan kecil dari Parama Atman yaitu Sang Hyang Widhi Wasa yang berada didalam mahluk hidup. Atman didalam badan manusia disebut dengan Jiwatman yaitu yang menghidupkan manusia. Atman didalam badan ini adalah seperti kusir kereta dan badan diumpamakan seperti kereta. Demikian atman itu menghidupkan mahluk (sarwa prani) di alam semesta ini. Indria tidak dapat bekerja jika tidak ada atman.

Jadi kiranya sudah jelas bahwa atman itu berasal dari Sang Hyang Widhi Wasa, jika Sang Hyang widhi diumpamakan seperti matahari maka sinarnya itu adalah atman yang terpancar memasuki seluruh mahluk hidup.

Atau dapat diumpamakan Sang hyang Widhi itu seperti listrik yang mampu menghidupkan setiap bola lampu, jika bola lampunya rusak maka lampu tidak akan menyala walaupun aliran listrik masih tetap ada.

Adapun sifat-sifat atman itu menurut Bhagawadgitha adalah sebagai berikut.
ACHODYA artinya tidak terlukai oleh senjata;
ADAHYA artinya tak terbakar oleh api;
AKLEDYA artinya tak terkeringkan oleh angin;
ACESYAH artinya tidak terbasahkan oleh air;
NITYA artinya abadi;
SARWAGATAH artinya ada dimana-mana;
STHANU artinya tak berpindah-pindah;
ACALA artinya tak bergerak;
SANATANA artinya selalu sama;
AWYAKTA artinya tak dilahirkan;
ACINTYA artinya tak terpikirkan;
AWIKARA artinya tak berubah dan sempurna tidak laki-laki maupun perempuan.
Memang atman itu sempura anakku, tetapi manusia itu tidaklah sempurna walaupun yang menghidupkan adalah atman. Tentu anakku ingin mengetahui sebab-sebabnya. Itu tak lain karena persatuan atman dengan badan menimbulkan awidya (kegelapan). Jadi manusia lahir dengan keadaan awidya, yang menyebabkan ketidaksempurnaannya. Atman itu tetap sempurna, tetapi manusia itu tidaklah sempurna. Bukan hanya tidak sempurna tetapi juga bisa mati.
Berjalan di Kegelapan

Ya, anakku, setiap manusia tidak luput dari hukum kematian. Tetapi walaupun manusianya mati, namun atman itu tidak bisa mati. Hanya badan yang mati dan hancur sedangkan atman kekal. Badan berpisah dengan jiwanya pada waktu manusia mati dan jiwatman yang tidak mati itu mengalami sorga atau neraka, sesuai dengan perbuatan baik atau buruk (suba asuba karma). Tetapi jiwatman itu tidak menetap disana untuk selama-lamanya.

Dia akan punarbhawa atau lahir kembali menjadi wujud baru sesuai dengan karmaphalanya. Dan bukan hanya sekali saja, tetapi lahir berulang-ulang kali sampai dia mampu menuju kepada Sang Hyang Widhi atau menuju ke Nibbana atau Nirwana, sampai jiwatman sadar akan hakekat dirinya sendiri sebagai atman lengkap dengan sifat-sifatnya tersebut diatas dan melepaskan diri dari ikatan keduniawian yaitu Moksa mencapai kebahagian dan kedamaian abadi”.
Sang Suyasa menganggukan kepala pertanda mengerti, kemudian melanjutkan pertanyaannya kepada Sang Rsi.
“Gurunda tadi gurunda menyebutkan Istilah Karma PhalaPunarbhawa, dan sempat juga menyebutkan mengenai istilah Moksah sebagai salah satu tujuan tertinggi umat Hindu, apakah filsafat yang terkandung dibalik hal tersebut”?
Sumber: Buku Upadeca Parisadha Hindu Dharma 1978 
Artikel ini merupakan lanjutan dari Artikel "Pembentukan Badan dan Watak"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar