Senin, 24 September 2012

Pembentukan Badan dan Watak


Apakah yang membentuk dunia dan mahluk yang ada diatasnya? Siapakah Manusia Pertama? Mari kita simak penjelasan Sang Guru Berikut ini. Semoga Bermanfaat.

Alam, Tumbuhan dan Kita berasal dari
Sumber yang sama
Cita, Budhi dan Ahamkara membentuk watak budi seseorang. Dasaendria membentuk indrianya. Panca Tan Matra dan Panca Maha Bhuta membentuk badan mahluk hidup. Jika Panca Maha Bhuta dialam besar (makrokosmos) membentuk antara lain Triloka yaitu Bhur, Bwah dan Swah loka, maka dialam kecil atau tubuh mahluk hidup (mikrokosmos) terbentuklah trisarira (tiga lapis badan) yaitu Stula Sarira (badan Kasar), Suksma Sarira (badan Halus) dan Karana Sarira (Badan Penyebab). Jadi Bhuana Agung dan Bhuana Alit atau Macrocosmos dan Microcosmos mempunyai sifat-sifat keadaan yang sama.
Demikianlah anakku, pandangan agama kita terhadap alam semesta dan mahluk isinya. Renungkanlah hal tersebut”.

Sang Suyasa kemudian berkata.
“Oh Guru Suci, sungguh telah terjawab pertanyaan-pertanyaan hamba, namun siapakah manusia pertama yang diciptakan oleh Hyang Widhi Wasa itu Guru”?
Sang Rsi menjelaskan,
“Ketahuilah anakku, sebelum menciptakan manusia, Hyang Widhi telah menciptakan terlebih dahulu sesuai dengan jalannya dari yang halus ke yang kasar, yaitu menciptakan mahluk seperti dewa-dewa, gandarwa, pisaca, raksasa dan sebagainya dan mahluk berbadan kasar seperti binatang dan tumbuhan
Sang Buddha
Manusia pertama disebut dengan nama Manu atau lengkapnya Swayambu Manu. Dengan nama ini jangan dikira bahwa Swayambu manu merupakan nama perseorangan karena kalau dilihat dari artinya Swayambu Manu berarti “Mahluk Berpikir Yang Menjadikan Diri Sendiri” atau manusia Pertama.

Demikian anakku, dapat Guru jelaskan, namun sekarang sudah hampir tengah hari sehingga sudah waktunya kita untuk melakukan persembahyangan, jadi Guru tutup sejenak namun renungkanlah ajaran yang telah Guru berikan hari ini”.
Ujar sang Suyasa,
“Terima kasih Gurunda, sungguh tinggi ajaran yang telah diberikan kepada hamba, akan hamba renungkan dan simpan dalam hati ajaran Gurunda tersebut”.
Sang Suyasa kemudian menghaturkan Panganjali dan meninggalkan tempat sang guru dengan tertib untuk bersiap melakukan persembahyangan tri sandya.

sumber: Buku Upadeca Parisadha Hindu Dharma 1978
Artikel ini merupakan lanjutan dari Artikel "Kekuatan Kebendaan dan Kejiwaan"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar