Minggu, 30 September 2012

Punarbhawa

"Wahai Arjuna, kamu dan aku telah lahir berulang-ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh kelahiran". Apakah makna dari perkataan Sri Kresna itu? Mari kita simak penjelasan Rsi Dharmakerti. Semoga bermanfaat.

Keesokan harinya Rsi Dharmakerti melanjutkan memberikan pelajaran tentang Srada yang keempat dan kelima yaitu Punarbhawa atau samsara dan moksah. Beliau berucap, 
Kelahiran
“Baiklah anakku, hari sebelumnya guru telah menjabarkan kepercayaan umat Hindu akan Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa atau Brahman, Roh atau Atman, dan hasil dari perbuatan atau Karma Phala. Hari ini Guru akan melanjutkan dengan ajaran mengenai Punarbhawa dan Moksa, karena itu dengarkanlah dengan baik anakku”.

Sang Suyasa kemudian mengambil sikap asana dan bersiap menerima pelajaran dari sang Guru.
Punarbhawa terdiri dari dua kata sansekerta yaitu Punar artinya lagi dan Bhawa yaitu menjelma. Jadi punarbhawa adalah kelahiran yang berulang-ulang yang disebut juga penitisan atau samsara. Kelahiran yang berulang-ulang didunia ini membawa akibat suka dan duka. Punarbhawa atau samsara ini terjadi oleh karena jiwatman masih dipengaruhi oleh kenikmatan dan kematian akan diikuti oleh kelahiran.

Didalam Bhagawadgita Sang Kresna mengatakan ‘Wahai Arjuna, kamu dan aku telah lahir berulang-ulang sebelum ini, hanya aku yang tahu sedangkan kamu tidak, kelahiran sudah tentu akan diikuti oleh kematian dan kematian akan diikuti oleh kelahiran’.

Jadi, anakku, kita telah ketahui bahwa segala perbuatan ini menyebabkan adanya bekas(wasana) dalam jiwatman. Dan bekas-bekas perbuatan (Karmawasana) itu ada bermacam-macam. Jika bekas-bekas itu hanya bekas-bekas duniawi, maka jiwatman akan lebih cenderung dan gampang ditarik oleh hal keduniawian sehingga jiwatman itu lahir kembali. Umpamanya jiwa pada waktu mati ada bekas-bekas hidup mewah pada jiwatman, diakhirat jiwatman itu masih punya hubungan dengan kemewahan hidup, sehingga gampang jiwatman itu ditarik kembali kedunia. 

Kalau tidak ada bekas apa-apa lagi pada jiwatman, sehingga tidak ada lagi yang menariknya kedunia ini, ia akan bersatu dengan Sang Hyang Widhi Wasa karena sang atman telah sadar akan hakekatnya sebagai atman yang sama dengan Sang Hyang Widi Wasa dan mencapai tujuan akhir yang dinamai dengan moksah. Tetapi walaupun tujuan mutlak manusia adalah moksa yaitu tidak lahir kembali, namun kelahiran kita kedunia ini sebagai manusia adalah suatu kesempatan untuk meningkatkan kesempurnaan hidup guna mengatasi kesengsaraan ini.
Setelah Kematian, Sang Roh pergi kemana?
Hal ini diuraikan berkali-kali dalam pustaka Sarasamuscaya. Malah dikatakan Dewapun perlu lahir sebagai manusia dulu untuk dapat mencapai kebebasan abadi (nirwana). Memang kehidupan dalam dunia ini tidak sedikit kesukaran-kesukaran dan penderitaan-penderitaan yang disebabkan oleh perbuatan sendiri ataupun pebuatan dalam kehidupan yang dahulu, namun demikian berbahagialah orang yang dapat menitis kembali menjadi manusia karena dapat kesempatan atas kesadaran yang suci, berbuat yang lebih baik (subakarma) untuk menentukan hasil yang baik yang akan datang. Karena hanya di dunia ini kita dapat kesempatan untuk melakukan perbuatan guna meningkatkan kesempurnaan diri kita itu, sedangkan didalam dunia lain kita hanya menerima pahalanya.

Penitisan atau punarbhawa ini akan berakhir setelah manusia dapat menyadarkan dan mewujudkan sifat atmanya yang sebenarnya yaitu suci, abadi dan sempurna. pada tingkatan inilah orang bebas dari ikatan dunia dan mencapai moksa, tidak menitis kembali ke dunia”.

Ruangan hening sejenak, sang Guru memberikan kesempatan kepada sang murid untuk meresapi ajaran yang telah diberikan. 

sumber: Buku Upadeca Parisadha Hindu Dharma 1978
Artikel ini merupakan lanjutan dari Artikel "Karma Phala Tatwa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar