Rabu, 03 Oktober 2012

Catur Asrama dan Catur Warna


Bagaimanakan tahapan kehidupan menurut Ajaran Dharma? Apakah Warna dalam ajaran Dharma berarti Kasta? Mari kita simak penjelasan dari Guru berikut ini. Semoga bermanfaat.
Sungguh pendek waktu hidup itu, karena itu manfaatkanlah untuk melaksanakan Dharma
“Yang disebut Catur Asrama itu anakku, adalah:
  • Brahmacari, yaitu tingkatan hidup manusia pada waktu mengejar ilmu pengetahuan;
  • Grehasta, yaitu tingkat kehidupan pada waktu membina rumah tangga yaitu kawin dan melahirkan keturunan;
  • Wanaprasta, yaitu hidup persiapan untuk lebih meningkatkan hidup kerohanian dan perlahan-lahan membebaskan diri dari ikatan keduniawian.
  • Bhiksuka (Sanyasin), adalah tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawian dan hanya mengabdikan diri kepada Sang Hyang Widhi Wasa dengan jalan menyebarkan ajaran-ajaran kesucian.

Dalam Catur Warna, kata warna berarti sifat dan bakat kelahirannya dalam mengabdi pada masyarakat berdasarkan kecintaan yang menimbulkan kegairahan kerja.
Jadi catur warna itu adalah empat golongan karya didalam masyarakat Hindu yaitu:
  • Brahmana, yaitu golongan karya yang memiliki ilmu pengetahuan suci dan mempunyai bakat kelahiran untuk mensejahterakan masyarakat, negara dan umat manusia dengan jalan mengamalkan ilmu pengerahuannya dan dapat memimpin upacara keagamaan.
  • Ksatria, yaitu golongan karya yang setiap orangnya memiliki kewibawaan cinta tanah air serta bakat kelahirannya untuk memimpin dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat, negara dan umat manusia berdasarkan dharmanya.
  • Wesya, yaitu golongan karya yang setiap orangnya memiliki watak tekun, terampil, hemat, cermat dan keahlian serta bakat kelahirannya untuk menyelenggarakan kemakmuran masyarakat dan kemanusiaan.
  • Sudra, yaitu golongan karya yang setiap orangnya memiliki kekuatan jasmaniah, ketaatan, serta bakat kelahiran untuk menjadi pelaku utama dalam tugas-tugas memakmurkan masyarakat negara dan umat manusia atas petunjuk-petunjuk golongan karya lainnya.
Hidup penuh dengan kewajiban
Hendaknya keempat warna ini bekerja sama sesuai dengan wataknya (swadarmanya) masing-masing untuk membina kesejahteraan masyarakat negara dan umat manusia. Pengabdian setiap anggota masyarakat yang berdasarkan swadarma itu harus didasari oleh Triwarga yaitu:
  • Dharma, yaitu kebenaran yang merupakan dasar dan jiwa dari segala usaha, Guru tekankan sekali lagi bahwa Dharma adalah kebenaran bukan kesenangan. Karena kadang-kadang yang benar itu belum tentu menyenangkan dan yang menyenangkan itu belum tentu yang benar, dan selalu pilihlah yang benar.
  • Artha, adalah hasil usaha yang merupakan harta benda. Tetapi hasil usaha inipun harus didapat dengan cara yang benar. Memiliki harta benda ini malah akan menjerumuskan kita, jika kita tidak berdasar dengan dharma dan jika tidak kita amalkan untuk dharma. Nerakalah manusia jika ia tenggelam dalam lautan harta bendanya. Namun hal ini bukan berarti didalam Hindu dilarang untuk mengumpulkan harta. Harta itu perlu dan harus kita usahakan memilikinya, tetapi dengan jalan yang benar dan untuk memperkokoh Dharma.
  • Kama, yaitu keinginan untuk mendapatkan kesukaan/kenikmatan. Sama seperti artha, kama inipun harus didasari dengan Dharma. Dharma hendaknya sebagai pendorong dan pengendali kama. Karena kama yang tidak berdasarkan Dharma akan mengakibatkan penderitaan.
Selain itu perlu diketahui juga bahwa segala usaha di dunia ini dipengaruhi oleh Tri Guna yaitu:
  • Satwam, dalam keseluruhannya sifat ini menguasai Rajah dan Tamah menyebabkan orang cenderung kepada Dharma, kebaikan, menemui sifat-sifat kedewataan.
  • Rajah, merupakan sifat yang dikuasai oleh nafsu atau kama,
  • Tamah, merupakan sifat yang cenderung kepada Adharma, bodoh, dan kejahatan.
Karena itu didalam kehidupan ini,  diusahakan agar Satwam menguasai yang lainnya. Hal ini dikatakan didalam Bhagawadgita XIV.18 yaitu:
‘mereka yang menetap dalam satwam kearah kebaikan dan menetap didalam rajas tetap ditengah-tengah sedangkan yang menetap dalam tamas akan turun menurun derajat jiwanya’.
Tetapi anakku, semua yang guru sebutkan tadi adalah merupakan ajaran-ajaran yang mendasari setiap laksana kita dalam berlaku susila.
Dasar-dasar ini perlu kita ketahui untuk dapat bertingkah laku yang baik dan menghilangkan segala musuh yang ada dihati kita sendiri. Dan sebenarnya musuh-musuh ini jauh lebih berbahaya daripada musuh yang datang dari luar”.
sumber: Buku Upadeca Parisadha Hindu Dharma 1978
Artikel ini merupakan lanjutan dari Artikel "Susila" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar