Jumat, 05 Oktober 2012

Senjata Melawan Musuh

Sungguh berat untuk melawan musuh yang ada didalam diri, namun Ajaran Dharma memberikan senjata untuk menaklukkan musuh-musuh tersebut. Semoga bermanfaat. 
Senjata untuk melawan musuh
“Yang tersingkat adalah Trikaya parisudha, Trikaya artinya tiga dasar perilaku manusia. Parisudha berarti yang harus disucikan. Jadi Trikaya parisuda artinya tiga dasar perilaku yang harus disucikan yaitu, Manacika, Wacika, dan Kayika yang masing-masing berarti perilaku pikiran, perkataan dan perbuatan.
Dengan adanya pikiran yang baik akan timbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan perbuatan yang baik. Dengan demikian haruslah kita pupuk pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik dan suci sebagai dasar perilaku kita.
Dari Trikaya parisudha itu, timbullah pengendalian diri yaitu tiga macam dasar pikiran, empat macam dasar perkataan dan tiga macam lagi berdasar perbuatan sebagai mana diurakan dalam pustaka Sarasamuccaya.
Tiga macam yang berdasarkan pikiran yaitu:
  • Tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal;
  • Tidak berpikiran buruk terhadap mahluk lain;
  • Tidak mengingkari akan adanya Karma phala.
Empat macam berdasar pada perkataan yaitu:
  • Tidak suka mencaci maki;
  • Tidka berkata kasar pada mahluk hidup;
  • Tidak memfitnah;
  • Tidak ingkar pada janji atau ucapan.
Tiga macam pengendalian berdasarkan pebuatan adalah:
  • Tidak menyiksa atau membunuh mahluk hidup;
  • Tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda;
  • Tidak berzina.
Disamping mengendalikan atas larangan yang berdasar Trikaya Parisudha itu, ada lagi tuntutan susila yang lebih banyak perinciannya.
Ada Panca Yama Brata dan Panca Nyama Brata dan ada Dasa Yama Brata serta Dasa Niyama Brata.
Yang termasuk didalam Panca Yama Brata adalah:
  1. Ahimsa, artinya tidak menyiksa atau membunuh;
  2. Brahmacari, artinya tidak melakukan hubungan badan selama masa penuntut ilmu pengetahuan atau ilmu ketuhanan;
  3. Satya, artinya setia akan janji yang menyebabkan senangnya orang lain;
  4. Awyawaharika, artinya melakukan usaha-usaha yang selalu bersumber pada ketuhanan yang menciptakan kedamaian;
  5. Asteya artinya tidak mencuri atau tidak curang.
Panca Niyama Brata adalah:
  1. Akroda, artinya tidak dikuasai oleh kemarahan;
  2. Guru susrusa, artinya hormat, taat dan tekun melakukan ajaran-ajaran guru;
  3. Sauca, artinya kesucian lahir dan bathin;
  4. Aharalagawa artinya mengatur macam dan waktu makan dan tidak berfoya-foya;
  5. Apramada artinya taat tanpa ketakaburan dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran suci.
Disamping Panca Yama Brata dan Panca Niyama Brata ada perincian yang lebih banyak lagi yaitu yang disebut dengan Dasa Yama Brata dan Dasa Nyiama Brata yang masing-masing berjumlah sepuluh.
Dasa Yama Brata terdiri dari:
  1. Anresangsya atau arimbawa, artinya tidak mementingkan diri sendiri;
  2. Ksama, artinya suka mengampuni dan tahan uji dalam kehidupan;
  3. Satya, artinya setia dengan ucapan sehingga menyenangkan;
  4. Ahimsa, artinya tidak membunuh dan tidak menyiksa, menyakiti;
  5. Dama, artinya jujur mempertahankan kebenaran;
  6. Arjawa, artinya jujur mempertahankan kebenaran;
  7. Priti, artinya cinta kasih sayang terhadap sesama mahluk;
  8. Prasada, artinya berpikir dan berhati suci dan tanpa pamrih;
  9. Madurya, artinya ramah tamah, lemah lembut, sopan santun;
  10. Mardawa, artinya rendah hati.
Ajaran untuk kedamaian
Dasa Niyama Brata yaitu:
  1. Dana, artinya memberi sedekah;
  2. Ijya, artinya pemujaan tehadap Sang Hyang Widhi dan Leluhur;
  3. Tapa, artinya menggembleng diri untuk menimbulkan daya tahan;
  4. Dyana, artinya tekun memusatkan pikiran terhadap Sang Hyang Widhi;
  5. Swadhyaya, artinya mempelajari dan memahami ajaran-ajaran suci;
  6. Upasthanigraha, artinya mengendalikan hawa nafsu kelamin;
  7. Brata, artinya taat akan sumpah;
  8. Upawasa, artinya berpuasa;
  9. Mona, artinya membatasi perkataan;
  10. Sana, artinya melakukan penyucian diri tiap-tiap hari dengan jalan membersihkan badan dan bersembahyang.
Inilah semua anakku perincian tuntunan yang perlu anakku ketahui dan laksanakan untuk meningkatkan kesusilaan hidup yang merupakan jaminan akan tercapainya hidup kerohanian yang tinggi.
sumber: Buku Upadeca Parisadha Hindu Dharma 1978
Artikel ini merupakan lanjutan dari Artikel "Musuh Terkuat" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar