Sabtu, 06 Oktober 2012

Tersebarnya Buddhisme Mahayana pada Abad ke-8 M

Perkembangan Budhisme di Asia Tenggara pada Abad ke 8 sangat maju, hal terbukti dari ditemukannya bukti perkembangan Budhisme di Jawa, Ligor, bahkan Kamboja. Mari kita simak penjelasan dari George Coedes berikut ini. Semoga bermanfaat.

Buddha
Tersebarnya aliran Mahayana di negeri-negeri India Belakang yang kurang lebih sejaman dengan munculnya di India, dinasti Pala di Benggala dan di Magadha menjelang pertengahan abad ke-8 M, merupakan fakta paling utama mengenai tersebarnya Buddhisme Mahayana pada Abad ke-8 M. 

Jika disisihkan prasasti Palembang tahun 684 M, yang Pengilhamannya dari Mahayana rupanya masih pada tingkat Sarvastivada, sekte Buddhisme Theravada yang menggunakan bahasa Sansekerta, maka urutan kejadiannya adalah sebagai berikut: 
Tahun 775 M, di semenanjung Tanah Melayu, raja Sriwijaya mendirikan sebuah tempat pemujaan Buddha dan para Bodhisattva Padmapani dan Vajrapani di Nakhon Si Thammarat (Ligor); tahun 778 M, di Jawa, Penangkaran mendirikan sebuah tempat pemujaan Tara di Kalasan; tahun 782 M, di Jawa (barangkali dibawah pemerintahan yang sama), seorang guru yang berasal dari Benggala mendirikan sebuah arca di Manjustri di Kelurak; tahun 791 M, di Kamboja didirikan di Prasat Ta Keam sebuah arca Bodhisattva Lokesvara

Buddha
Fakta-fakta ini membuktikan bahwa dalam perempat terakhir abad ke 8 M, mungkin sekali di bawah pengaruh Dinasti Pala dan guru-guru dari Universitas Nalada, Buddhisme Mahayana berakar dengan mantap di Semenanjung dan di Nusantara. Ciri-ciri utamanya adalah kecenderungan ke arah Tantrisme aliran Vajrayana, yang populer di Benggala mulai pertengahan abad ke-8 M; Sinkretisme dengan kultus-kultus Hindu yang sudah nyata dalam prasasti Kelurak, dan di Kemboja pada jaman Angkor menjadi lebih jelas lagi dan Kemudian memuncak di Jawa menjadi Kultus Siva-Buddha; pentingnya penebusan jiwa orang mati, yang menjadikan Buddhisme di Jawa dan di Bali seperti sebuah pemujaan leluhur yang sesungguhnya. 

Dari sejarah, kita belajar masa lalu, merencanakan masa depan, pijakkan tindakan saat ini. Semoga Damai Selalu didalam LindunganNya. 

Sumber: buku karya George Coedes “Asia Tenggara Masa Hindu Budha”
Artikel ini merupakan kelanjutan dari artikel "Wangsa Sanjaya (732 M) dan Raja Sailendra (Akhir abad ke 8 M) di Jawa"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar