Sabtu, 15 September 2012

Asrama Jagathita

Hiruk pikuk dunia modern menuntut kita memberikan waktu lebih banyak untuk mengejar kehidupan duniawi dan kadang-kadang melupakan kehidupan spiritual kita. Dari percakapan Guru dan Murid di Asrama Jagathita, mungkin kita dapat bersantai sejenak dan menyimak pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang Agama dan Dharma yang diajukan oleh sang murid kepada gurunya. Semoga Bermanfaat.

Tersebutlah seorang guru suci yang bernama Rsi Dharmakerti. Beliau tinggal di dalam asrama Jagathita yang telah terkenal karena pengetahuan dan laksananya dalam kebenaran yang tinggi yaitu Dharma atau Dhamma.
Candi Borobudur, Jawa Tengah
Pada suatu hari datanglah sang Suyasa, seorang sisya berkunjung untuk mendapatkan pengetahuan suci dan terjadilah percakapan antara Guru dan sisya. Sang sisya dengan sikap yang amat tertib yaitu menundukkan kepala, dengan kedua tangan tercakup didada, mulai matur dengan panganjali: Om Swastiastu”. Sang guru yang mendengar ucapan tersebut segera menjawab “Om Santhi Santhi Santhi Om” serta mempersilahkan sang Suyasa duduk bersila dihadapannya. Setelah keduanya duduk dan Rsi Dharmakerti menanyakan kedatanggannya, maka sang Suyasa mulai umatur dengan cakupan tangan tetap di dada.

Umatur sang Suyasa:

"Oh Guru yang suci, yang hamba muliakan, maafkanlah keberanian hamba yang datang kehadapan Guru untuk memohonkan pengajaran-pengajaran suci dan berguna yang dapat memberikan sinar dan tuntunan pada jiwa hamba yang dalam kegelapan ini. Dengan cinta kasih dan kemurahan sang Guru, limpahkanlah ajaran suci yang dapat memberikan kebahagian abadi kepada semua mahluk di alam semesta ini.
Gurunda, selama ini  hidup hamba tanpa kekurangan, baik dalam hal harta benda maupun kemasyuran nama, tetapi hati hamba masih kosong dan kadang-kadang diganggu oleh kedukaan. Sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa harta benda dan kepuasan nafsu bukanlah kebahagian yang abadi adanya.
Hamba mendengar bahwa konon  pada zaman dahulu, para Rsi yang hidup sangat sederhana tetapi suci, dapat mencapai jiwa besar dan kedamaian abadi sehingga menghasilkan karya-karya agung dalam bidang kesusastraan seperti Wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Dalam pengembaraan hamba juga menemukan banyak bangunan-bangunan yang mengagumkan yang dibangun untuk keagamaan seperti Candi Borobudur, Prambanan, dan lainnya.
Candi Prambanan, Jawa Tengah
Juga ada pemimpin keagamaan dan prajurit agung yang hidupnya tekun melaksanakan tugasnya tanpa pamerih, konon dapat merasakan kedamaian dan kebahagian abadi dalam mengabdi pada masyarakat.
Inilah yang membingungkan hati hamba oh Gurunda. Benarkah ada kebahagian yang kekal demikian? Jika benar demikian adanya, bagaimanakah jalan yang dapat ditempuh untuk mencapainya”?
Dengan tersenyum dan rasa kasih sayang Rsi Dharmakerti menjawab:
“Berbahagialah ia yang sadar akan kehidupan ini dan mau mengetahui serta mendalami ajaran-ajaran Dharma untuk mencapai kebahagian dan kedamaian.
Guru sangat bahagia anaknda datang setelah mengetahui dan mengalami hidup keduniawian itu. ketahuilah bahwa segala yang anaknda katakan itu adalah benar adanya. Kebenaran dan kedamaian abadi itu dapat dicapai setiap orang, tidak ada kecualinya, jika telah mengalami tuntunan agama sesuai dengan ajaran-ajaran kitab suci dengan suci hati dan tulus ikhlas.
Jika anaknda sudah siap untuk mendengarkan uraian-uraian yang akan Guru berikan, maka perbaikilah terlebih dahulu sikap duduk dan pusatkanlah pikiran dan perhatian anaknda, karena ajaran suci akan dapat meresap dengan baik apabila diterima dengan sikap yang baik serta hati yang tenang dan tekun.”
(Sumber: Buku Upadeca Parisadha Hindu Dharma 1978) 
Artikel selanjutnya "Doa Panganjali".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar