Kamis, 20 September 2012

Kerajaan-Kerajaan Hindu Budha Pertama di Asia Tenggara

Kerajaan Hindu Budha apakah yang pertama kali ada di Asia Tenggara dan dimanakah letak kerajaan-kerajaan tersebut? Marilah kita simak tulisan George Coedes Berikut ini. Semoga bermanfaat.

Sebelum abad ke 5 Masehi, peninggalan-peninggalan arkeologi atau epigrafi di Nusantara sangat sedikit. Kebanyakan negeri  yang diketahui sebelum abad itu hanyalah nama-nama yang disebutkan didalam karya Ptolemaeus, dalam teks Niddesa, dan terutama dalam karya-karya sejarah dinasti-dinasti China yang mendaftarkan nama utusan yang pernah datang ke negeri di laut selatan, namun lokasinya seringkali tidak pasti atau hanya kira-kira saja.

Patung China
Negeri paling tua yang disebutkan didalam Sejarah Dinasti Liang (502 – 556 M) adalah negeri Lang-ya-hsiu yang didirikan “lebih dari 400 tahun yang lalu”; kerajaan itu, yang bakal muncul kembali mulai abad ke 7 M dengan nama Lang-chia-shu, Lang-ya-su-chia, dsb, adalah Langkasuka dalam sumber Melayu dan Jawa, yang namanya masih dipakai sekarang untuk sebuah anak sungai di bagian hulu Sungai Perak. Letaknya agaknya membentang di semenanjung, dan memiliki akses baik ke Teluk Thailand di daerah Pattani, maupun ke Teluk Benggala, di Utara Kedah, dengan demikian menguasai salah satu jalan transit lewat darat yang penting.

Tambralinga di pantai Timur Semenanjung Tanah Melayu, antara Chaiya di Utara dan Pattani di Selatan, berpusat di Ligor (Nakhon Si  Thammarat), tempat asal dari sebuah prasasti Sansekerta yang diperkitakan paling lambat berasal dari abad ke 6 M. Disebutkan nama itu dalam teks mendasar Agama Buddha berbahasa Pali (Niddesa) dengan bentuk “Tambalingam”, membuktikan bahwa kerajaan itu sudah ada sekitar abad ke-2 M.

Sama halnya dengan Takkola yang disebut dalam sebuah teks Buddhis yang lain, yaitu Milindapanha: ada kesepakatan untuk menempatkan kota itu di Takua Pa, di pantai Barat Tanah Genting Kra atau barangkali lebih ke Selatan. Adapun pelabuhan yang namanya oleh sumber-sumber China ditranskripsi T’ou-Chu-li, dan kadang-kadang diidentifikasi dengan Takkola, Paul Wheatley menunjukkan bahwa nama itu sesungguhnya Chu-li dan sesuai dengan Koli dalam karya Ptolemaeus, mungkin sekali di Kuala Sungai Kuantan. Di sanalah pada abad ke-3 M utusan yang dikirim ke India oleh Fu-nan, akan naik Kapal.

Kerajaan paling penting pada masa awal itu adalah kerajaan yang disebut oleh Bangsa China sebagai Fu-Nan. Raja-raja pada kerajaan ini memakai gelar yang merupakan ungkapan yang berarti “Raja Gunung”. Pusat kerajaannya terletak di sebelah hilir dan di delta Sungai Mekong, namun wilayah pada masa kejayaannya mencakup Selatan Vietnam, daerah Mekong Tengah, dan sebagaian besar lembah Sungai Menam serta Semenanjung Tanah Melayu. Ibu kota kerajaannya pada suatu ketika bernama Vyadapura.
Relief Candi Borobudur
Data-data awal mengenai Fu-nan berasal dari sebuah kisah yang dicatat oleh utusan-utusan China K’ang T’ai dan Bhu Ying yang mengunjungi negeri itu pada pertengahan abad ke 3 M. Menurut mereka raja Fu-nan yang pertama agaknya seorang yang bernama Hun-t’ien yang artinya Kaundinya, yang datang atau dari India, atau dari Semenanjung Tanah Melayu, atau dari Nusantara.

Didalam sejarah dinasti Chin, terdapat laporan mengenai penyerbuan-penyerbuan kerajaan Lin Yi sekitar tahun 280 M. Kerajaan Lin Yi merupakan inti pertama negeri Champa yang masuk sejarah pada akhir abad ke -2 M. Sumber-sumber China memang menunjukkan saat pendiriannya sekitar tahun 192 M.

Dalam sejarahnya, negeri Champa ternyata terbagi atas sejumlah provinsi yang berbatasan alamiah mengikut dataran-dataran rendah sepanjang pesisirnya. Boleh dikatakan bahwa tanah sucinya Champa adalah daerah yang sekarang disebut Quang Nam, dengan situs-situs arkeologinya di Tra Kieu, My Son, dan Dong Duong. Arca Buddha dari perunggu yang indah yang ditemukan di Dong Duong, merupakan bukti  kekunoan masuknya pengaruh India ke daerah itu, yang secara kebetulan atau tidak bernama Amaravati.


Dari sejarah, kita belajar masa lalu, merencanakan masa depan, pijakkan tindakan saat ini. Semoga Damai Selalu didalam LindunganNya.

Sumber: buku karya George Coedes “Asia Tenggara Masa Hindu Budha”
Artikel selanjutnya "Kerjaan Hindu Buddha di Nusantara abad ke 4 s.d. 7 M".
Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel "Indianisasi di Kawasan Asia Tenggara"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar